PENAKLUKAN GUNUNG & SOLO TRAVELING
Intinya, pada awal kalian membaca postingan ini, abaikan
hobi kekinian makhluk planet bumi yang latah
posting foto-foto di puncak gunung dan traveling ke luar negri. Karena sumprit,
ceritaku ini berawal dari jaman aku SMP pengen muncak ke Merbabu. Sekarang akuh
udah kepala 2,5 yesss -___- Kapan awal
aku pengen backpacker keliling dunia? Sejak umurku belasan membaca novel Andrea
Hirata tetralogi Laskar Pelangi yang judulnya “Edensor”. Dan saksi hidup akan
awal ceritaku ini masih ada semua. Kecuali emak akuh. Elepyu emak. Halooo
teman-teman SMP gank PINK GIRL & BAD BOY :-v Halooo temen-temen Aldavesto
gank Smuggler Society yang maniak noveeeeel J
wkwkwkwkkkk hawane meng arep ngakak yen kelingan kalian semua gaessss. Dimana
pun kalian berada, aimissyuall.
Naik gunung. Mitosnya harus ijin orang tua kalo mau naik
gunung ya? Dan waktu jaman SMP emak gak ngijinin aku pas malem tahun baru 2005 naik mt Merbabu
bareng temen-temen. Bukan Cuma alesan mitos yang gak ngebolehin naik gunung
tanpa ijin orang tua, ikut latihan hadroh TPA pun kalo emak gak boleh, yaudah
aku gak berangkat. Apa itu tandanya aku anak berbakti yah? *ahhaakkkk!
Sampai tahun 2015 dan naik gunung bukan sesuatu yang asing
lagi, gek wae kelakon aku munggah gunung reeeeek. Because karena amergo aku
udah bersuami, jadi cukup dengan ijin suami, berangkatlah saya naik gunung
Andong. Kok meng Andong reeeek? Jare Merbabu pengene?! Yoben! Ge pemanasan
dhisik *ngelessss. Padahal mungkin agak gak rela dia melepas saya naik gunung.
Selain dia lagi sibuk, dia belum terbuka hatinya untuk mengajak istrinya
tercwintah menikmati alam & nge-camp. Tapi sekarang hatinya sudah terbuka
lebaaaaarrr, haha. Dia udah ngebuktiin dengan mengajakku silaturohmi ke kos si
master pendaki, mas Ujang alias Mr Fathur untuk membuat janji nge-camp di
gunung (gak harus sampe puncak :-p ngukur kemampuan fisik katanya :p). Janji
tinggal janji. Rencana lebaran mau muncak tapi belum kesampaian kita udah sibuk
dengan aktifitas masing-masing. Tapi gak popo. Semoga kita masih diberi umur
panjang, dan diberi kesempatan muncak bareng. *Bebzz, Mr Ujang September mau
muncak ke Argopuro tuhh. Tapi sayang September kita punya skejul backpacker.
Belum jodoh kali yeee.
Back to the topic.
Jadi yaa, semisal sebelum ultah’ku yang ke 25 kemarin
7-7-2015 aku mati, (Allohumma panjangkan umurku yang bermanfaat aamiin) tak
jamin aku mati penasaran. Apa sih hal yang bikin aku penasaran? Ada dua hal,
naik gunung dan single traveling. How about 25th? Kabeh wes lunas penasaranku
gaesss ^___^ Saiki rosoku biasa wae. Gak ono penasaran-penasaran maning pokoke!
So, ceritanya gini, dalam jangka waktu sebulan (antara
Juni-Juli) aku melakukan perjalanan banyak, dari backpacker, naik gunung,
backpacker, naik gunung lagi, backpacker lagi bikin gueh melambaikan tangan and
said “its enough”.
First, tanpa persiapan apa pun, demi melihat situs purbakala
di daerah kecamatan Borobudur, naiklah aku dan Fian adek sepupuku yang masih
SMK ke “Watu Kendil”. Kami salah jalur. Jalur mudah bukan dari desa Ngargogondo
yang kita lalui. Awalnya sudah ragu melihat trek yang nanjak bingit. Tapi
naiklah kita. Dan teganya Fian menghabiskan bekal minum yang hanya tinggal
sedikit. Jadilah kita naik turun ke Watu Kendil di salah satu puncak pegunungan
Menoreh tanpa setetes pun air. Hiks. Baru setengah jalan aja Fian udah ngajak
turun. Dia kasian liat aku yang megap-megap macam ikan keluar dari air
kehabisan napas.
Second, aku backpacker selama seminggu di pulau Bali berdua
bareng misua. Hhahaha, akhirnya terkbul keinginanku. Bagaimana tidak?
Berbekalkan tiket kereta ekonomi Jogja-Banyuwangi aku nekat mau berangkat ke
Bali lewat jalur darat, dengan atau tanpa suami. Kelabakanlah dia untuk
menemani perjalananku J
Akhirnya dia naik kereta yang sama dari Surabaya. Akhire kelakon reek
reeeeeeeek.
Third, akhirnya aku menginjakkan kaki di Medan. Berangkat
sendirian dari Jogja. JOG-KNO. Main ke rumah Bu Lek adek dari Bapakku. Dua hari
di Medan aku & Bu Lek tancap ke Aceh Tengah ke tempat tinggal dinas suami
adek sepupuku. What a wonderful “Takengon”. Kota di dataran tinggi Gayo. Dengan
Ari anak bontot Bu Lek yang lagi di Aceh kita mblusuk-mblusuk Takengon. Pulang
dari Aceh, aku keliling Medan ditemani keluarga Bu Lek. Ke danau Toba Parapat,
Istana Maemoon, Masjid Raya, dan paling cetarrr berdua dengan Ari ke Kawah
Putih Tinggi Raja. Yang jalannya bikin aku nangis bathiiinnn. Sumpah! Kalian
harus ke sana untuk membuktikannya!
Fourth, Belum sempat istirahat pulang dari Medan, aku
kembali naik gunung Andong sama Fian. Lokasinya di daerah Ngablak Magelang.
Garjo ke atas dikit. Katanya sih, gunung untuk pemula. Blablabla. Nyatanya?
Sepanjang jalan pulang aku diemin si Fian, sambil sesekali ngusap air mata L Dan sekali lagi, si
maestro Fian yang udah pernah naik mt Merbabu nyepelein perjalanan kita ke mt
Andong. Aku saranin pinjem tenda, matras, kompor dll di daerah Magelang kota.
Ehhh, dia nyepelein mau pinjam di basecamp aja. Yasudahlah. Ternyata di
basecamp gak ada yg nyewain. Tandukku mulai muncul. Aaarrggghhhhh. Untung ada mas
Andi & mas Bagus dari Semarang yg baik ati nolongin kita. And you know
gaesss? Kita salah jalur lagi! Kita lewat jalur ekstrim yang belum ada satu
tahun dibuka. Hhhuaaaaa. Padahal aku belum istirahat dari perjalanan
Jogja-Medan-Aceh-Medan-Jogja. Apekkkk tenannnn! Jalur ekstriimmmm!!!! Setengah
perjalanannya malem-malem tanpa senterrrr! Omigod, dosa apakah hamba? T.T J
The last, di bulan Juli aja dua cap imigrasi di pasporkuu
yeyyy J
First, ada kepulangan jamaah umroh yang transit di Singapore. Dikarenakan
paspor misua sedang entry visa di kedutaan Saudi, berangkatlah aku sendirian ke
Singapore J
Sehari handling, sehari untuk kedua kalinya aku keliling Singapore J Sendiriiiii! Iyak sendiri
gaesss J
Dua malam tidur di Changi airport. Satu malam di dalem, satu malem di depan
counter. Hiks. Terharu sama solo travelingku yang satu iniihhh :D Seminggu
setelahnya Handling jamaah di KL Malaysia yesss. Tiga hari dua malem di KL J
So gaessss, udah gak ada yang aku penasaranin sampe aku gak
bisa tidur saat ini. Melakukan perjalanan dalam satu bulan tanpa ada spasi,
sungguh membuatku kehilangan rasa penasaran akan hal-hal yang berbau naik
gunung & solo traveling. Wes gak gumunan & gak ngiler tiap ada orang
posting di grup Backpacker Dunia foto-foto di LN.
Tapi apakah aku akan berhenti dari naik gunung? Tidak.
Apakah aku tak lagi ingin ke Jepang & Europe dll? Yeah, aku tetap akan ke
sana! Pasti itu! InsyaAlloh. Bedanya, kalau dulu tergila-gila, sekarang lebih
realistis. Dan gak ngiler sama foto-foto orla di LN! Aku akan ke sana! Wait a
moment. Aameen.